Physical Address
304 North Cardinal St.
Dorchester Center, MA 02124
Seni dan Budaya di Indonesia sangat melimpah, mulai dari makanan, pakaian, hingga kesenian. Akan tetapi, masih banya yang belum mengetahui betul terkait seni dan budaya di daerahnya masing-masing. Ras dan Suku yang berbeda-beda, menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara yang melimpah akan kekhasannya sendiri. Membicarakan dengan seni dan budaya, Saman menjadi salah satu seni tari yang banyak ditampilkan di berbagai acara.
Kebanyakan kita hanya mengetahui bahwa Tari Saman itu ditampilkan oleh perempuan. Padahal, kalau dilihat dari kisahnya, Tari Saman ini diciptakan oleh salah seorang ulama asal Aceh tepatnya di Gayo Lues, Aceh. Ingin tahu kisahnya lebih lanjut? Tetap ikuti laman ini sampai habis ya!
Baca artikel saya: https://aliefhafiz.online/hari-pahlawan-syekh-muhajirin-pejuang-cakrawala-pemikiran/
Tari Saman merupakan tarian tradisional yang banyak di gemari oleh anak-anak sekolah, karena gerakannya yang memiliki dimensi harmonisasi yang kuat, dan melantunkan syair-syair yang bermakna. Warisan Gayo ini hampir terlupakan sejarahnya oleh masyarakat pada umumnya, sehingga masih banyak penonton yang kehilangan esensi tarian tersebut.
Tari Saman ini juga dikenal dengan “Tarian seribu tangan”, karena keunikan dari tarian ini tidak menggunakan alat musik sebagai pengiringnya. Biasanya hanya di setel melalui sound ataupun Hp yang ada. Selain itu, Saman juga tidak banyak mengeluarkan tenaga, sebab dilakukan dalam posisi duduk dengan menggoyangkan badan ke kiri dan kanan saat lagu dinyanyikan. Karena keunikannya, Tari Saman diakui oleh dunia dan masuk dalam daftar Intangible Cultural Heritage (ICH) UNESCO.
Pada awalnya, tarian ini dilakukan oleh kelompok laki-laki muda untuk mengisi waktu luangnya, baik ketika berada di sawah, atau ketika selesai ngaji.
Baca juga pada laman : Liputan6.com
Secara histori, Saman ini diambil dari nama salah satu tokoh agama yang bernama “Syekh Saman”, seorang ulama yang hidup pada abad ke-16. Syekh Saman merupakan penyebar ajaran Islam di kawasan Gayo, selain seorang ulama, beliau juga salah seorang seniman, yang kemudian namanya diadopsi untuk dijadikan nama Tarian, yang disebut “Tari Saman”.
Syekh Saman menjadikan tarian sebagai media dakwah dalam menyampaikan ajaran-ajaran Islam di pegunungan Leuser yang masyarakatnya mayoritas berasal dari Gayo. beliau, juga mempelajari tarekat yang murni hanya mengajarkan zikir yang ada di dalam Rattib Samman dan berguru kepada Syekh Abdussamad Al-Falimbani
Dari hasil belajarnya, kemudian beliau mengembangkan suatu tari yang memiliki nilai-nilai pendidikan, ajakan sopan santun, kepahlawanan dan kekompakan hidup. Pesan ini beliau sampaikan sebagai salah satu metode adaptasi dengan masyarakat pegunungan leuser. Awalnya, beliau hanya menjadikan tari dengan tepukan dada dengan bersilang sebagai hiburan untuk masyarakat sekitar yang dikenal dengan permainan “Pok Ane”.
Ketika sudah banyak yang tertarik, baru kemudian, beliau memasukan kalimat-kalimat pujian kepada Tuhan dan sanjungan kepada Nabi Muhammad. Kemudian, secara perlahan, beliau mulai memperkenalkan ilmu Tauhid, dan mengajak warga leuser untuk masuk ke Agama Islam.
Pada awalnya, Tari Saman ini hanya dimainkan di acara-acara tertentu saja, sebagai bagian dari tradisi keagamaan. Syair yang dinyanyikan biasanya berisi do’a, pujian-pujian kepada Tuhan, atau nasihat untuk hidup yang baik. Tari Saman juga sering dimainkan di acara-acara adat, seperti perayaan hari besar Islam, upacara adat, atau pertemuan masyarakat untuk mempererat tali silaturahmi.
Tari Saman memuat nilai-nilai keagamaan seperti pujian-pujian kepada Allah, dan sanjungan kepada Nabi Muhammad. Dalam penampilan tari saman, syair dan lantunannya menjadi peranan penting untuk menyampaikan pesan yang mungkin lebih mudah diingat para penonton.
syair-syair yang dilantunkan tidak hanya memiliki keindahan lirik, tetapi menjadi alat untuk menyampaikan nilai-nilai keagamaan secara sederhana. Para penari biasanya mengungkapkan beberapa nilai penting yang ada pada Tari Saman secara khidmat, dua kalimat syahadat contohnya. Nilai-nilai penting lainnya, yaitu:
“…Hmm laila la aho, hmm laila la aho, Hoya-hoya, Sarre e hala lem hahalla, Lahoya hele lem hehelle le enyan-enyan, Ho lam an laho, Aum…”
“Tiada Tuhan kecuali Allah, tiada Tuhan kecuali Allah, itulah yang kami sampaikan kepada bapak dan ibu sekalian, tiada Tuhan kecuali Allah”
Lantunan tersebut merupakan salam pembuka yang mengawali tari saman, ungkapan-ungkapan syair tersebut, ialah bentuk pujian kepada Allah dan sekaligus menegaskan bahwa Allah adalah Tuhan yang Maha Esa, Tuhan pencipta langit dan bumi, dan hanya Allah yang Maha Mengetahui.
“…Ku ini nge sawah hana de salamku, ini nge mudemu mat jarike mule layang-layang, layang-layang bermat jari…”
“Dan disini kami telah hadir, apalah arti dari salam, dan saat ini kita bertemu, maka berjabat tanganlah terlebih dahulu, kita bersalaman”
Salam mengandung pesan moral yang diajarkan Islam. Menyampaikan salam, menghormati sesama, dan menjunjung tinggi sopan santun. Tersirat di dalam salam juga, mengandung persatuan, kerukunan, menumbuhkan rasa kasih sayang, dan menjauhkan kebencian. Inilah yang menjadi dasar akan adanya persalaman pada seni ini, supaya saling menghargai dan menumbuhkan rasa kasih sayang antar sesama.