Physical Address
304 North Cardinal St.
Dorchester Center, MA 02124
Indonesia, yaa negara ini memang salah satu negara yang susah dijelaskan dengan kata-kata. Apa yang kita lihat dan apa yang kita dengar, belum tentu menjadi sebuah kebenaran yang nyata. Susah sekali menerka mana yang tulus dan mana yang ada maunya, terlebih lagi lima hari lagi kita akan menjalankan momentum (pilkada).
Ditengah hiruk-pikuk dunia khususnya Indonesia sedang dipenuhi kesenjangan. Segelintir orang, mungkin hidup dalam kelimpahan, sementara lainnya berjuang hanya untuk bertahan hidup di negara ini. Berapa banyak rakyat yang kelaparan, berapa banyak rakyat yang hidup tidak layak, dan berapa banyak rakyat yang tidak diperhatikan oleh mereka para petinggi negara.
Momentum yang hangat sekarang, menjadikan mereka para calon menawarkan janji-janji nya kepada rakyat dengan kampanye-kampanye yang entah ketulusan hati atau memang sekedar menebar janji. Berlomba-lomba untuk mendapatkan takhta, dengan program-program pembangunan, pemberdayaan ekonomi, beasiswa dimana-mana, dan pengentasan kemiskinan. Sudah berapa banyak tenaga dan materi yang sudah mereka keluarkan untuk kemenangan dirinya, dan sudah berapa banyak tokoh yang mereka pintakan do’a untuk kemenangannya nanti? Ini sebagai sambutan hangat saja, karena sudah mendekati momentum pilkada lima hari kedepan.
Kesetaraan, dan keadilan, menjadikan bahasan penting pada tema kita kali ini. Setelah beberapa hari yang lalu saya sudah membahas tentang Liberalisme yang ada di blog saya aliefhafiz.online. Boleh sekali teman-teman yang berkunjung baca lagi tulisan saya tentang Ideologi Liberalisme, link tulisannya saya cantumkan di bawah ini.
Jangan lupa di baca yaa : Ideologi Liberalisme
Sosialisme, sebagai gagasan tentang kesetaraan dan keadilan menjadi bahasan yang cukup menarik untuk dibahas di momentum politik saat ini. Ia mengingatkan kita bahwa pembangunan tidak melulu soal infrastruktur atau tatanan ekonomi, melainkan bagaimana meciptakan tatanan masyarakat yang inklusif. Semua lapisan masyarakat memiliki hak yang setara terhadap pendidikan, kesehatan, hingga kesejahteraan.
Hari ini, saya akan mencoba membagikan pengetahuan saya yang minim ini mengenai Sosialisme dengan tokoh tenarnya Karl Marx.
Berbicara tentang Indonesia, memang kebanyakan berpotensi sosialis, seperti HOS. Tjokroaminoto, Bung Karno, Kartowoewirjo. Sehingga, ketika suatu saat ada perdebatan antara H. Agus Salim dan Semaun, Tan Malaka bilang “Beratus-ratus tahun lalu, sebenarnya Nabi Muhammad sudah sering mempraktekan dan berprilaku sebagai seorang Sosialis”. Nanti akan muncul pertanyaan dasar, apakah ada perbedaan antara: Sosial, Sosialis, dan Sosialisme. Ketiga kata ini mempunyai definisinya sendiri-sendiri.
Kita mulai dari yang pertama: Sosial, merupakan suatu masyarakat, sebuah komunitas, ataupun kelompok perorangan, sehingga nanti muncul Ilmu Sosial, ilmu yang membahas tentang kemasyarakatan, kalo di sekolah-sekolah ada namanya “Ilmu Pengetahuan Sosial” ini sering kita dengar yaa. Kedua, Sosialis, adalah suatu sifat atau karakter dari bentuk sosial tadi yang sangat mengedepankan kepentingan bersama, tidak hanya memikirkan diri sendiri, tetapi memikirkan orang banyak. Ketiga, Sosialisme, ketika seseorang sudah memantapkan dirinya bahwa “Hidup gua hanya untuk orang banyak, dan untuk kepentingan bersama” ini disebut dengan Sosialisme.
Sosialisme dinyatakan sebagai ideologi dunia, dan dikenal pada abad ke-20, bertepatan dengan revolusi Industri 1.0. Dunia ini ketika abad 15-16 masih berbentuk kerajaan-kerajaan (monarki), dan secara tidak langsung melahirkan Feodalisme biasanya adalah kaum bangsawan. Ketika kerajaannya runtuh, para bangsawan ini menciptakan sekoci-sekoci kecil di daerahnya masing-masing, ini menjadi cikal-bakal munculnya kaum Borjuis.
Lahirnya feodalisme ini, di iringi dengan lahirnya kelompok “Pekerja”, karena kelompok Feodalisme ini membutuhkan orang yang bekerja. Kalo PT berarti harus ada buruh, kalo tuan tanah berarti butuh “orang yang menggarap tanahnya”. Inilah yang akhirnya melahirkan kelas baru bernama “Pekerja”.
Sebelum abad 20, kelompok pekerja ini sudah ada. Tetapi kebanyakan Pekerjanya itu bekerja di Tanahnya sendiri, sehingga bisa disebut sebagai “Tuan Tanah”. Mereka bekerja untuk kepentingan pribadi, menghasilkan pangan dari sawah untuk dirinya sendiri kalo ada sisanya, maka mereka jual untuk kepentingannya yang lain. Sehingga di era Kapitalisme Industrial ini, para tuan tanah membutuhkan orang untuk bekerja dibawahnya. Lahirnya kelas “Pekerja” ini mengalami kemiskinan dan keterpinggiran di awal era Industrial. Perputaran ekonomi yang dibiarkan bebas sesuai kapasitasnya masing-masing, kalo strukturnya sudah timpang siur, maka terjadilah orang kaya makin kaya dan orang miskin makin melarat. Ini semua yang di kritik oleh Karl Marx
Mahasiswa yang kuliah dari pagi ketemu sore dan mengerjakan banyak tugas yang dibebankan kepadanya, ketika lulus hanya jadi buruh dan bekerja untuk kelompok Borjuis tadi. Karena alasan-alasan inilah lahirnya gagasan Sosialisme
Sosialisme Utopis ini adalah sosialis yang muncul paling awal, yang diperkenalkan oleh Karl Marx. Menurutnya, gagasan-gagasan awal yang muncul hanya sekedar angan-angan semata. Gagasan-gagasan yang lahir pada era ini sangat bagus dan ideal, tetapi untuk menjalankan gagasan-gagasan tersebut masih bingung.
Nama “Utopis” ini diambil dari salah satu nove yang berjudul “Utopia” salah satu karya filsuf bernama Thomas Moore. Ketika kelompok Kapitalisme lahir, dan lahirnya kelompok “Proletar” atau kaum pekerja, akhirnya memimpikan “Bagaimana membangun masyarakat yang setara dan tidak ada kemiskinan”. Inilah salah satu gagasan orang sosialisme utopis yang ideal. Idealisme nya bagus, tetapi strategi untuk mencapai realitanya tidak ada. Itulah “Sosialisme Utopis”. Ada tiga tokoh yang terkenal: Robert Owen, Etienne Cabet, dan Charles Fourier.
“No poverty, No shortage, Everyone works for the progress of all humanity, not for their own wealth.”
Robert Owen
Karena di kelompok ini hanya mimpi semata, maka untuk merealisasikannya diteruskan oleh Karl Marx, sehingga lahir kelompok baru namanya “Sosialisme Revolusioner” atau “Komunisme”.
Kelompok ini adalah penerus dari kelompok sebelumnya yang didasarkan oleh pemikiran Marx yang mengkritik kelompok Kapitalisme.
Tingkatan paling bawah, adalah kelompok “Proletar” atau “Pekerja” (Kita yang bekerja). Dalam gambar tersebut kelompok ini menggunakan kalimat We Feed All. Mereka yang bekerja, mereka yang cape, yang menikmati hasilnya adalah Tingkatan yang diatasnya, itulah kelompok “Pemilik Modal”. Struktur ini bisa langgeng karena ada yang Backup para Pemilik Modal, dialah yang ada di tingkatan ke-tiga, “Militer”. Dia yang menghantam apabila Para Pekerja melakukan pemberontakan. Agar tidak terjadi bentrok antara “Militer” dengan “Para Pekerja”, muncullah Tingkatan yang ke-empat, “Rohaniawan”. Untuk menyempurnakan semuanya timbullah Tingkatan yang paling atas, yaitu “Para Penguasa” dengan kalimat We Rule You. Dia sutradaranya, dan dia yang mengatur semuanya. Ini yang dikritik oleh Karl Marx.
Sistem seperti ini, tidak bisa dibiarkan saja, harus ada yang memberontak dan merancang sistem sosial yang lebih bagus sedemikian rupa. Akhirnya Marx membuat gagasan untuk “Revolusi” dengan “Teori Komunisme Karl Marx”.
Di masa Marx mimpi-mimpi yang diucapkan pada “Sosialisme Utopis” pasti tercapai dan terlaksana, dengan catatan “Kaum Proletarnya harus sadar, bahwa dia di tindas dan di kerdilkan”. Di Indonesia, masih bisa dibilang era “Kapitalisme”, mereka yang berkompetisi untuk kepentingan pribadi, tidak memikirkan rakyat bawah, sehingga lahir kelas ekonomi yang tidak setara. Akhirnya banyak kasus di Indonesia, pada bikin aksi demo, para buruh, para guru, guna memperjuangkan hak yang semestinya ini disebut dengan “Perjuangan Kelas”. Ketika mereka kompak untuk menumpas kelas atas, inilah disebut dengan “Revolusi Proletar”, ketika kelompok “Proletar” ini menang, maka lahirlah Sosialisme. Kata Marx, ketika kelompok “Proletar” ini menang di awal, maka mereka harus menjadi “Diktator”. Ketika situasi masyarakat proletar ini tertib, tidak ada lagi kelas-kelas, segala sesuatu yang didapat semata-mata untuk kepentingan bersama, kemudian lahirlah paham “Komunisme”