Revolusi Modern dari karya John Locke

Pengaruh John Locke dan Revolusi Modern

Setelah kemaren saya berbicara tentang “Liberalisme” di Blog saya aliefhafiz.online tidak luput dengan sejarah peradaban dunia. Nah, hari ini, saya akan berbicara tentang Sejarah Peradaban dunia, baru kemudian, kita kupas tuntas tentang, siapa sih John Locke itu? apasih pengaruhnya terhadap peradaban ini? apa sepenting itu mendalami dia?. Nah, mao tau jawabannya, simak tulisan ini sampai selesai yaa.

Pendahuluan

Pemikiran para filsuf dari zaman Pra-Sokrates hingga mungkin era modern dan kontemporer, pastinya sangat berpengaruh terhadap sejarah peradaban yang ada di dunia. Memang, sejarah ini sangat penting untuk dikuliti hingga tuntas, karena betul apa yang di bilang Bung Karno “Jas Merah” berarti Jangan Lupakan Sejarah. Karena kita hidup di era modern, mungkin paling pas kita membahas tentang “Periode Modern” ajah kali ya.

Dari era Renaisans Sampai Hume lazimnya bisa disebut “Era Modern”. Di era ini, mempunyai banyak perbedaan pandangan dengan periode pertengahan. Ada dua hal penting yang menandai “Era Modern” ini, yaitu: Runtuhnya Otoritas Gereja dan Menguatnya Otoritas Sains. Sebelum era modern, “Gereja” memegang peran penting dalam peradaban, mungkin dari Filsafat Katolik hingga Abad Pertengahan.

Mula-mula, kekuasaan bangsa memang berada di tangan Raja, sebagaimana di Yunani Kuno. Raja-raja secara perlahan mulai digantikan oleh demokrasi atau para tiran. Jika ditinjau dari segi fungsi dan perannya, kekuasaan negara dan bangsa terus berkembang di sepanjang periode sejarah modern, tetapi, secara keseluruhan, pengaruh negara terhadap pemikiran para filsuf lebih kecil dibandingkan pengaruh gereja pada Abad Pertengahan.

Aristokrasi feodal mempu menentang pemerintahan pusat, sehingga merelakan pengaruh politik dan ekonominya, ia mampu menancapkan kekuasaannya hingga abad ke-5. Sampai akhirnya, aristokrasi feodal ini digantikan oleh raja, yang beraliansi dengan para pedagang kaya. Keduanya mendapatkan potongan kuenya masing-masing.

Sejak pecahnya “Revolusi Amerika dan Revolusi Prancis” demokrasi dalam pengertian modern jadi kekuatan politik yang penting. Sosialisme sebagai lawan demokrasi yang berbasis kepunyaan pribadi, merebut kekuasaan pertama kali pada tahun 1917. Namun demikian, seandainya pemerintahan demokrasi berkembang, pastilah disertai dengan bentuk kebudayaan yang baru, dikenal dengan “liberal” yang identik dengan perdagangan.

Boleh banget dibaca lagi artikel saya sebelumnya : Ideologi Liberalisme

Revolusi John Locke

John Locke (1632-1704) bisa disebut “Nabi Revolusi” tahun 1688, yang paling moderat dan paling berhasil dari seluruh revolusi yang ada. Kenapa tidak? semua tujuan-tujuan revolusi yang dibuatnya terlihat sederhana, tapi benar-benar tercapai, dan sesudahnya tidak ada lagi revolusi yang terjadi di Inggris. Locke terkenal juga dengan filsafat teoritisnya, sehingga ia mempunyai karya yang berjudul Essay Concering Human Understanding, yang terbit pada tahun 1690.

Esai tentang Manusia Mengenai Pemahaman Manusia, karya John Locke, yang menjadi rujukan revo

Locke juga dikenal dengan pemikiran politiknya, sehingga dia menjadi satu-satunya filsuf yang beruntung dibandingkan dengan yang lain, dimana pada saat itu pemerintahan negara jatuh ke orang-orang yang mengadopsi pandangan-pandangan politiknya. Ajaran politiknya, beserta perkembangannya terpengaruh dengan montesquieu, kemudian dituangkan dalam konstitusi Amerika, dan kelihatannya selalu digunakan. Tidak hanya konstitusi Amerikan, Inggris pun menggunakan ajarannya sekitar 15 tahunan, dan diadopsi pula oleh Prancis pada tahun 1871.

Salah satu ciri khas Locke, tumpah ke seluruh gerakan Liberal, yakni Refuse Dogmatism atau tidak ada dogmatisme. Beberapa kepastian yang diambilnya dari para pendahulunya adalah: Eksistensi Kita Sendiri, Eksistensi Tuhan, dan Kebenaran Matematika. Uniknya, ketika doktrin-doktrinnya berbeda dengan pendahulunya, maka doktrin itu dianggap “Kebenaran adalah hal yang sulit untuk dibuktikan, dan manusia rasional akan memegang pendapatnya dengan keraguan tertentu”.

Ada suatu ketika dia berkata “Kesaksian nyata dari wahyu adalah kepastian tertinggi”, tapi di keadaan yang lain ia berkata “Wahyu harus dinilai oleh akal.” Akhinya tetap akal yang lebih tinggi. Locke juga membicarakan tentang kebijaksanaan, “Kebijaksanaan adalah kebaikan yang selalu disebar luaskan, karena setiap penyimpangan dari kebaikan merupakan gagalnya kebijaksanaan”. Kebijaksanaan adalah ciri dari Liberalisme.

Pengaruh John Locke #1

Politik Nasab

Pada tahun 1689 dan 1690, tak lama setelah revolusi tahun 1688, Locke menulis dua buah karya tentang politik yang berjudul Treatise on Goverment. Karyanya yang pertama merupakan kritik keras terhadap kekuasaan turun-menurun. Karya ini merupakan bantahan terhadap karya Sir Robert Filmer, Patriarcha: or The Natural Power of Kings. Nasib robert yang merupakan pendukung fanatik hak suci Raja, tidak baik-baik saja hingga 1653, dan sangat dirugikan dengan di eksekusinya Charles I dan dengan kemenangan Cromwell.

Robert, merupakan bagian dari partai Hak suci yang paling ekstrim, sehingga Patriarcha dibuka dengan menentang “Pandangan Umum” yang mengatakan Manusia pada dasarnya terlahir dan diberkahi dengan kebebasan dari segala ketundukan, dan bebas memilih bentuk pemerintahan yang dikehendaki, dan kekuasaan seseorang atas orang lain terutama diberikan kepada mereka yang paling banyak mempunyai kearifan.

Jika landasan filmer dapat diterima, semua Raja, kecuali satu, adalah perampasan kekuasaan, dan tidak berhak rakyat patuh kepada mereka. Terlebih lagi, katanya, kekuasaan orang tua bersifat temporer, dan tidak meluas kepada kekuasaan atas kehidupan atau harta. Menurut locke, karena alasan-alasan itu, pewarisan tidak bisa diterima sebagai landasan keabsahan kekuasaan politik. Oleh karena itu, karya keduanya Second Treatise on Goverment, dia berusaha membuat landasan-landasan yang lebih kuat.

Ada satu lembaga besar yang tidak pernah mengamalkan unsur politik nasab (keturunan), yaitu Gereja Katolik. Kita berharap agar rezim diktator membangun sedikit demi sedikit sistem pemerintahan seperti Gereja Katolik itu. Sangat kongkrit bukan yang terjadi sekarang di Indonesia, bukan hanya lembaga pemerintahan yang menganut sistem politik nasab, kelompok-kelompok agamawan yang mempunyai lembaga pun, sampai sekarang menganut sistem politik rusak itu.

Untuk membuktikan teori Robert dan teori Locke dapat dipercaya, kita hanya perlu membayangkan pengakuan terhadap kerajaan di masa lalu sebagaimana kalangan agamawan di masa sekarang. Kalangan itu dapat bebas mewariskan lembaga pendidikannya ke siapapun, termasuk ke anak-cucu nya.

Negara Alami dan Hukum Alam

Locke mengawali karya keduanya dengan mengatakan, setelah dijelaskan bahwa kekuasaan pemerintahan itu mustahil berasal dari Ayah, dia sekarang akan menguraikan apa yang dipahami sebagai asal-muasal pemerintahan. Dia mulai dengan “State of Nature” atau negara alami, yang menjadi pendahulu dari semua pemerintahan Manusia. Dalam konsep ini, terdapat “Hukum Alam” yang berisikan hukum-hukum Tuhan, dan tidak dirumuskan oleh Manusia.

Pernyataannya mengenai Negara Alami dan Hukum Alam, bukanlah pendapatnya pribadi, melainkan diambil dari Thomas Aquinas, sebuah doktrin skolastik pada Abad Pertengahan. Ia berkata: “Setiap hukum yang disusun Manusia memiliki karakter hukum tertentu, yang berasal dari Hukum Alam. Namun, jika pada titik tertentu ia bertentangan dengan hukum alam, seketika itu, tidak akan lagi menjadi hukum”.

Riba merupakan hukum alam yang diterapkan di Abad Pertengahan. Harta Gereja mayoritas berupa tanah, dan para makelar selalu menjadi peminjam, bukan yang meminjamkan. Ketika Protestanisme muncul, dukungannya, terutama atas Calvinisme, berasal dari Kapitalis, yang menjadi pihak meminjam bukan yang dipinjam.

Akhirnya, Gereja Katolik, membolehkan “Riba”. Dengan demikian, hukum alam lantas dipahami berbeda. Banyak doktrin yang mempertahankan kepercayaan terhadap hukum alam, yang ternyata bersumber dari hukum alam itu sendiri. Dalam hal ini, Locke tidak jauh berbeda dengan kebanyakan orang yang telah mendapatkan popularitas sebab gagasan mereka.

Umumnya, orang yang pertama kali mencetuskan gagasan baru di zamannya, adalah orang yang sangat lebih maju dibanding yang laen, sehingga setiap orang akan menganggapnya gila. Dan karena itu, nasibnya jadi tidak jelas dan gampang dilupakan orang. Lain dengan Thomas Hobbes, yang memiliki gagasan lebih murni, Hobbes menganggap negara ini sebagai negara yang sering mengalami perang antar sesama, kehidupannya anur lebur, dan umurnya singkat.

Negara alami adalah negara kebebasan, namun ia bukanlah negara perijinan, meski orang dalam negara memiliki kebebasan yang tak terkendali untuk mengatur orang-orang dan hartanya, ia tak memiliki kebebasan untuk menghancurkan diri sendiri, atau makhluk lain yang ia miliki.

Kesepakatan Sosial

Dalam pemikiran politik Abad 17, ada dua teori tentang asal-usul pemerintahan. Teori pertama yang dikemukakan Sir Robert Filmer, mengatakan kekuasaan berasal dari Tuhan dan hanya diberikan kepada orang tertentu, sehingga pemberontak terhadap mereka dianggap pengkhianat atau kafir. Sebaliknya, John Locke berpendapat bahwa pemerintah sipil adalah hasil kesepakatan bersama dan sepenuhnya urusan duniawi, bukan ditetapkan oleh otoritas suci.

Kata Locke, setiap individu mempunyai hak untuk menghukum siapapun yang menyerang dirinya atau hartanya, bahkan dengan hukuman mati sekalipun. Ada masyarakat politik yang sepenuhnya memasrahkan hak ini kepada sebuah lembaga hukum.

Kekuasaan Politik menurutnya, seperti obat untuk menyembuhkan berbagai konflik yang terjadi. Di negara itu, setiap manusia adalah Hakim untuk dirinya sendiri. Kebalikannya, monarki adalah pihak yang terlibat konflik itu, maka tidak akan ketemu penawarnya, karena monarki adalah Hakim sekaligus penggugat.

Kesepakatan sosial, seharusnya berkaitan dengan mitos, bahkan ketika benar-benar terjadi kesepakatan yang mengarah kepada terbentuknya pemerintahan pada periode silam. Kasus nyatanya adalah Amerika Serikat, ketika konstitusi disetujui, setiap orang bebas memilih, bahkan kemudian, banyak dengan bebas menentangnya, dan sebab kejadian itu, mereka tidak lagi termasuk dari kesepakatan tersebut.

Pengaruh John Locke #2

Dari zamannya Locke hingga sekarang, Eropa memiliki dua jenis utama filsafat, satu menggunakan metode, satu lagi menggunakan doktrin Locke. Ada jenis yang berbeda, ini bersumber dari Descartes dan Kant. Lawan filsafatnya Locke adalah Cartesian dan Leibniz. Herannya, kemenangan filsafat Locke di Inggris dan Prancis adalah karena nama besar Newton. Persaingan pemikiran di era ini sangat ketat, dan langka dijumpai di Indonesia sekarang.

Otoritas Descartes sebagai filsuf meningkat di zamannya berkat karyanya dibidang matematika dan filsafat alam. Namun, doktrin vorteksnya jelas lebih inferior dibandingkan hukum gravitasi newton sebagai sistem tata surya. Kemenangan kosmografi Newton sempat menghilangkan rasa hormat orang terhadap Descartes, dan mereka lebih menghormati Inggris. Kedua hal ini, mendorong orang-orang condong kepada Locke. Dimasa-masa menjelang reevolusi, pengaruh Locke di Prancis diperkuat oleh Hume, yang pernah tinggal di Prancis juga, dan secara pribadi lebih mengenal tokoh-tokoh Intelektual terkemuka.

Alief hafiz
Alief hafiz

"Scribo Sic Existo"

Articles: 18

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *