Physical Address
304 North Cardinal St.
Dorchester Center, MA 02124
Setiap tanggal 10 November, pasti kita memperingati “Hari Pahlawan”. Sudah banyak pamflet hingga tamplate yang beredar di media sosial hari-hari ini. Hari Pahlawan merupakan momentum penting dalam sejarah Indonesia untuk mengenang perjuangan para pahlawan bangsa. Tak lepas dari sejarah, pada 25 Oktober 1945 terjadi pertempuran di Surabaya, yang terjadi akibat kedatangan pasukan sekutu dari Inggris dan Belanda (NICA), ke kota Surabaya.
Pada 27 Oktober 1945, NICA dipimpin Brigadir Jendral Aulbertin Walter Sother Mallaby berhasil masuk ke wilayah Surabaya, dan langsung mendirikan pos pertahanan. Pasukan sekutu yang didominasi tentara Inggris menyerbu penjara dan langsung membebaskan tawanan perang yang ditahan oleh pihak Indonesia.
Pada tanggal 28 Oktober 1945, pasukan Indonesia yang dipimpin Bung Tomo melancarkan serangan ke pos pertahana sekutu, dan berhasil merebut sebagian titik penting Surabaya. Meskipun genjatan senjata telah disepakati pada 29 Oktober, bentrokan bersenjata tetap saja terjadi antara warga Surabaya dan tentara Inggris. Sampai akhirnya puncak pertempuran ini ditandai dengan kematian Brigadir Jendral Mallaby pada tanggal 30 Oktober, yang menjadi sebab kemarahan pihak Inggris.
Bung Tomo, adalah tokoh penting dalam tragedi ini, karena beliau memiliki peran besar dalam membangkitkan semangat perlawanan rakyat Surabaya dalam pertempuran ini. Ia menginspirasi rakyat melalui Radio Pemberontakan milik Barisan Pemberontak Rakyat Indonesia (BPRI). Selain beliau, ada tokoh-tokoh agamawan yang berkiprah pada saat itu, seperti KH. Hasyim Asy’ari dan KH. Wahab Hasbullah.
Singkatnya, banyak pejuang yang gugur dan banyak pula masyarakat yang menjadi korban dalam peperangan tersebut. Inilah sebabnya Kota Surabaya dikenang sebagai Kota Pahlawan, menjadi penghormatan atas perjuangan para pejuang saat itu.
Baca Selengkapnya: antaranews.com
Hari pahlawan tak lepas dari para pejuang di medan pertempuran, Bung Tomo contohnya. Terdapat juga pahlawan yang berkiprah dalam ranah pendidikan. 10 November, bukan hanya mengenang perjuangan pahlawan di medan pertempuran, melainkan menghormari mereka di bidang lain, termasuk pendidikan. Tokoh seperti Ki Hajar Dewantara sering dikenal sebagai Bapak Pendidikan Nasional, yang diperingati tanggal 2 Mei. Beliau membuka Cakrawala Pemikiran bangsa.
Tri Loka merupakan landasan pendidikan yang dibawa beliau, Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani, ia merintis sistem pendidikan yang mengutamakan kebebasan berpikir. Melalui perjuangan tanpa kekerasan, ia membangun kesadaran bangsa bahwa Pendidikan adalah jalan menuju kemerdekaan sejati.
Akses pendidikan di era itu sangat terbatas, terutama rakyat kecil. Bagaimana era dulu, R.A. Kartini memperjuangkan pendidikan bagi perempuan, dimana perempuan-perempuan dulu dibudidayakan sistem pingit hingga susah untuk berpendidikan lebih tinggi. Bagaimana Ki Hajar Dewantara mendirikan “Taman Siswa” untuk memberikan kesempatan bagi rakyat pribumi agar tetap berpendidikan seperti orang-orang belanda. Nilai-nilai perjuangan mereka masih relevan hingga sekarang, terutama dalam menghadapi tantangan era digital dan globalisasi ini.
Dengan semangat Hari Pahlawan, peran dunia pendidikan harus terus dihidupkan sebagai sarana mencerdaskan kehidupan bangsa, membangun karakter, dan menciptakan generasi penerus yang siap berkiprah bagi bangsa. Inilah sebabnya, pahlawan-pahlawan di bidang Pendidikan sangat penting untuk terus di ingat, karena sebab merekalah Cakrawala Pemikiran terbuka lebar.
Baca artikel saya tentang: Sastra Dunia: “Dari Manuskrip ke Literatur Modern”
Syekh Muhammad Muhajirin Amsar Ad-dary merupakan ulama besar yang lahir pada tanggal 10 November 1921. Membicarakan Hari Pahlawan, Syekh Muhajirin dapat dipastikan menjadi tokoh pejuang di bidang keilmuan. Beliau mendirikan salah satu pondok pesantren bernama An-Nida Al-Islamy yang berada di Kota Bekasi di tahun 1963. Beliau memang tidak berperang melawan penjajah ketika itu, tetapi beliau berperang melawan kebodohan pada saat itu.
Sebagai contoh perjuangannya, beliau mengarang banyak kitab yang terdiri dari beberapa macam cabang keilmuan, dimulai dari nahwu, balaghah, mantiq, hadits, ushul fiqh, fiqh, dan masih banyak lagi karya beliau guna membuka Cakrawala Pemikiran dari generasi ke generasi. Salah satu karya beliau yang sudah terkenal di manca negara adalah Misbah Az-Zulam Fi Syarhi Al-Bulugh Al-Maram, merupakan karya beliau yang menjelaskan seputar fiqh melalui matan Bulughul Maram.
Beliau salah satu murid Syekh Yasin Al-fadani yang dikenal Mumtaz (Unggul) dari beberapa santri beliau. Hingga saat ini, keilmuan beliau diakui luas di seluruh dunia, sebab sanad-sanad keilmuan beliau yang tersambung ke ulama-ulama besar di Dunia. Syekh Muhammad Muhajirin sangat menekankan santri-santrinya untuk terus belajar dan menggali ilmu pengetahuan. Sehingga ada ucapan beliau yang sangat menyentil kita semua.
“Jangankan elu, lekar juga kalo bisa ngaji gua ajarin”
Di Hari Pahlawan ini, kiprah beliau menjadi pengingat tentang pentingnya pendidikan sebagai salah satu perjuangan untuk membangun pemikiran bangsa. Dalam konteks ini, Syekh Muhajirin berperan sebagai Pahlawan yang membentuk karakter dan pemikiran masyarakat melalui Ilmu Pengetahuan. Warisannya tentang pengetahuan masih tetap relevan hingga kini, menginspirasi generasi untuk terus memperjuangkan nilai-nilai kebaikan dan keadilan melalui Pendidikan.